#2 Mobil Mewah Super Murah di Sabang



Dari Aceh ke Sabang

Awalnya, gue ngira Aceh dan Sabang itu satu tempat yang sama. Ternyata gue salah. Dan sebagai backpacker sejati, gue merasa gagal.Wan Wan Emoticons 28

Tapi bukan itu intinya. Melanjutkan cerita sebelumnya menuju Sabang dari Banda Aceh, gue pergi ke pelabuhan Ulee Lheue yang gak jauh dari bandara Sultan Iskandar Muda. Kira-kira 20 menit pakai mobil, dan 2 detik kalo lo pake buraq. Deket abis.


Dari pelabuhan Ulee Lheue (dibaca : Ulele) kami naik kapal cepat menuju Balohan Sabang. Sebenarnya ada 3 pilihan transportasi untuk menuju ke Sabang. Pertama, kita bisa menggunakan kapal cepat yang waktu tempuhnya hanya 45 menit. Kedua, kita bisa menggunakan kapal lambat yang waktu tempuhnya sekitar 2 jam saja. Ketiga, kita bisa coba berenang, dengan waktu tempuh mungkin 4 hari. Itu juga kalo gak kelelep duluan di laut atau hilang dimakan hiu.

Karena gue orang baik, gue kasih sedikit informasi mengenai transportasi menuju Pulau Weh atau Sabang. Atau Sabang atau Pulau Weh. Ah, itu deh pokoknya!Tutugo Emoticons 46 

Sign! Sign! Sign!

Harga transportasi laut dari Pelabuhan Ulee Lheu menuju Sabang :

Kapal Lambat :

Kelas Ekonomi         : Rp. 18.000,-
Kelas Bisnis             : Rp. 21.000,-
Kelas Eksekutif        : Rp. 36.000,-

Jadwal keberangkatan kapal Lambat :

Banda Aceh – Sabang
  • Senin, Selasa, dan Kamis Pukul 13.00 kecuali Jumat Pukul 14.00
  • Rabu, Sabtu dan Minggu Pukul 11.00 dan Pukul 16.00
Sabang – Banda Aceh
  • Senin, Selasa, Kamis dan Jumat Pukul 08.00
  • Rabu, Sabtu dan Minggu Pukul 08.00 dan Pukul 14.00
Kapal Cepat (Jetofil) :

Kelas Ekonomi          : Rp. 55.000,-
Kelas Bisnis              : Rp. 65.000,-
Kelas Eksekutif         : Rp. 75.000,-
Kelas VIP                  : Rp. 85.000,-

Jadwal keberangkatan Kapal Cepat :

Banda Aceh – Sabang
  • Pukul 10.30 dan 16.00 kecuali hari jumat Pukul 16.30
Sabang – Banda Aceh
  • Pukul 08.00 dan 16.00
Berenang :

Kelas Ekonomi sampai Kelas VIP : GRATEEEES!!

Jadwal Keberangkatan                  : BEBAS! SUKA-SUKA LO PADA, DAH! Yoyo & Cici Emoticons 41


Dari Sabang Sampai Menegang

Dulu, waktu kecil, gue sering banget nyanyi lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” itu gara-gara ter-influence dari sebuah iklan mie instan. Saking sukanya sama lagu itu, gue bisa nyanyi di kamar mandi, sekolah, lapangan bola, angkot sampai akhirnya gue bisa nyanyiin lagu ciptaan R. Suharjo itu langsung di Sabang.


Sekarang, gue ada di kota tempat dimana lagu itu berawal. Dan gue masih gak percaya, gue ada di ujung barat Indonesia! Gue telah siap untuk menjelajahi pulau ini. Ciyaaaaaaaaaaaaaat!!!

Baru beberapa menit di Pulau Sabang, gue menemukan sebuah pemandangan yang ganjil di pulau kecil ini. Ganjil sekali. Penyakit gagal ganjil. Tutugo Emoticons 42Tutugo Emoticons 42Tutugo Emoticons 42

 “Gile Bang, orang Sabang ini kaya-kaya, yah? Mobil mewah dimana-mana. BMW sama Mercy lewat-lewat aja gitu daritadi.” Tanya gue ke Bang Jefri, sopir yang jemput kita di pelabuhan, dan bakalan nganter-nganterin kita selama di sini.

“Iyalah, disini tuh mobil begituan murah aja harganya..” Jawab Bang Jefri kalem.

“Buset! Mobil ratusan juta gitu dibilang murah.” Gue langsung mikir si abang ini orang yang sombong dan sok-sok-an. Hih!

“Mana ada ratusan juta. Mobil-mobil itu harganya dibawah seratus juta aja. Mobil Pick Up Ford tahun 2009 aja harganya cuma 35 juta. Motor Harley cuma 25 juta. Murah aja.” Terang Bang Jefri.

Terjadi hening selama 12 detik setengah di dalam mobil..

“APAAAAAAH!! CIYUS BANG!!??” Gue teriak. Jiwa gue terguncang hebat denger perkataan Bang Jefri. Gue shock berat. Saking kagetnya, gue hampir nelen jok mobil yang gue dudukin.

*menatap nanar mobil bagus*

Jadi, selain lagu, apa yang unik dari Sabang? Banyak banget! Dan salah satu yang gue suka dari Sabang adalah, kota yang berupa kepulauan ini merupakan zona ekonomi bebas Indonesia. Gak ada pajak! Jadi jangan heran kalo di Sabang banyak mobil-mobil mewah berseliweran di jalanan yang di impor dari Singapur. Ada mobil Ford, Ferrari, BMW dua pintu, Mercy, sampai motor Harley Davidson menjadi pemandangan yang biasa di kota ini.

Sabang ngasih gue first-impression yang langsung menohok hati. “Gue bakal betah nih diem di Sabang. Bakalan banyak kejutan!” Ucap gue dalam hati. Mobil melaju menuju Pantai Iboih. Di Sabang, gue menegang! Yoyo & Cici Emoticons 21


Pantai Gapang Hingga Air Terjun Pria Laut


Sabang bukan hanya terkenal sama sate gurita dan Pantai Iboih nya saja. Menurut gue, Pulau Sabang ini mirip sama Pulau Ibiza di Spanyol. Yah, walaupun gue belum pernah ke Ibiza sik. Dari pantai Iboih menuju kota Sabang, kita bakalan disuguhin pemandangan yang memukau, guys! Keren parah!

Look like, Ibiza?

Bukan backpacker gembel kalo gak "Do Something." Dan ada beberapa hal keren yang gue lakukan selama perjalanan :))

Menjenguk Saudara Kembar
Mengibarkan Bendera Merah Putih
Kayang Ganteng :)

Tapi beneran deh, di Sabang, kita bukan cuma bisa nikmati pantai dan biota lautnya doang. Lebih dari itu, Sabang punya salah satu pantai yang gak kalah cantik dengan Iboih, yaitu pantai Gapang. Pantai ini berjarak 5 - 10 km saja dari pantai Iboih, memiliki pasir putih yang halus, pantai ini cocok banget buat ber-galau-ria sambil ngelamun karena suasana pantainya yang gak terlalu ramai seperti Iboih.

Gembel Pantai Gapang :(

Selain pantai, Sabang juga punya air terjun yang harus dikunjungi, namanya Air Terjun Pria Laut. Entah dari mana nama itu berasal, air terjun dan pria laut sungguh tidak matching! Mungkin jaman dahulu kala, ada seorang pria berasal dari laut yang menemukan air terjun ini. Atau analisa lain gue adalah, ada seorang pria raksasa dengan nama laut yang kencing sembarangan, sehingga mengakibatkan retaknya tanah di Sabang, dan mengakibatkan adanya air terjun.


Ah, aneh sekali. Gue juga gak tau ini mau nulis apa. AH! Dan lebih anehnya lagi, kenapa kalian baca blog gue ini, hah? Kenapa? Gue nulis aja ini sambil nyimeng! AAAAAAAAH!!Tutugo Emoticons 6Tutugo Emoticons 6Tutugo Emoticons 6<<< Cokis banget gak nih emotnya!

Trekking Asoy

Bodo lah yah, yang penting nulis. Menuju Air Terjun Pria Laut, kita diharuskan sedikit trekking ke dalam hutan. Cuma sekitar 20 menit trekking, kita akan menemukan sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi, dan memiliki air berwarna hijau abu-abu. Karena warna airnya terkesan keruh, gue mengurungkan niat buat berenang di sini. Air kelabu banget. Gue takut tiba-tiba ada buaya putih di dalemnya. Hih!



*kretekin badan*
*nyalain lintingan kedua*

wuuuuuffhh.. (-,-)y~~

*lanjut nulis*

Eh, udahan deng. Lanjut next posting aja yah biar penasaran. Gue bakal cerita tentang ganja Aceh, Mr. Brown, pengalaman tas gue dicuri monyet, dan masih banyak lagiiiiiiiiih! Penasaran? Ditunggu yah kakaaaaaak :3

Oh iya, P.S. : Gue jual baju keceh buat lo pada yang ngaku pembaca setia blog gue, ini. Sok cepet di order keburu gue males jualan lagi!!


"Cara ordernya gimana, dis?"

Sama kek sebelumnya, langsung mention aja gue di @takdos Maka gue akan bimbing lo pada untuk mendapatkan kaos keceh nan spekta membahana ini.

P.S : Persediaan niat gue buat kaos ini terbatas. Jadi buruan beli!!Tutugo Emoticons 20Tutugo Emoticons 20
Read More

#1 Aceh Makes Me Melting~ (English Ver.)

First time came to Aceh, and were greeted by a colorful rainbow :)

That Place, Called Aceh

Hai, backpacker. What do you think about, when you hear the name Aceh? War? Aceh’s independent movements? Tsunami? Un-safe? Or even, Marijuana? I know what you think, guys.

Aceh really is identical to what I said before. But that ‘stigma of fright’ about Aceh might disappear when you guys ‘encourage yourself’ to visit Aceh the Veranda of Mekkah. Try and see, listen, feel personally this beautiful city of Aceh.

Aceh Has Risen

Aceh Tsunami Museum

Year 2004, the Malaysian Peninsula, India till Africa experienced one of their biggest natural disasters in the last 40 years, including Aceh, these areas received tremendous damage because of that disaster. A Tsunami.

Almost all of Aceh was swept clean by the raging waters that turned into a massive Tsunami waves. Thousands of people died because of it. Thousands of building was destroyed by it. Not much was left, Indonesia, no, even the whole world shocked by that disaster. Aceh was destroyed.


But…

“Come on kid, we are tired being asked about the Tsunami…” Said a man, a living eye witness that I interviewed when visiting Tsunami Museum, Banda Aceh.

Aceh is not what Aceh used to be. It’s not Aceh that we know from televisions, newspapers, or other informative media that keeps on showing the ‘misfortune’ of Aceh. Aceh has changed. Aceh has risen.

Tsunami Victim :(

I felt guilty when I interviewed the man about the tsunami disaster. It was clear they wanted and have forgotten it, and don’t want to recall it.


Oh. So this is Weh Island. Ooh..


We arrived at Weh Island at night. After a 40 minute car ride, passing Sabang City, and the wilderness. Exhausted and dark made me not attentive. When we arrived, all I saw was lines of kiosk, and small hostels around Iboih beach.

Oh, just a sec. You guys are probably wondering where we are. In Aceh, Sabang Island, Weh Island, Iboih Beach. Confused? So was I. At first, I was confused with the areas of Aceh. So, it would be better before we continue I explained to you guys the area of Aceh, in a short and brief explanation.

The capital city of Aceh province is Banda Aceh. Sabang is a name of a city in Aceh. Whereas the island is called Weh Island. Iboih is a name of a beach in Weh island. It’s like Denpasar city in Bali Island, where the beach there is called Kuta Beach. Something along those lines. Got it? Great. Let’s go.

Jumping Goat, Sabang

As soon as we arrived at Iboih, we were taken directly to our accommodation with a speed boat, it’s not really that far, about 5 minutes. But we were tired nonetheless because the trail was a hike, plus it was a day of nonstop action, as soon as we arrived at our accommodation, we just slept through the whole night.

“Byuur…Byuur..” The sounds of the waves crashing the reefs and the bright sunlight shining through my window, made me open my eyes. I look at my phone to see what time, apparently  it was still 6 am local time. I got up, close the window blinds. Walked slowly towards the door with eyes half closed and standing half straight, I looked at the view. There was a small pause, where my brain synched with my body and view. Glek. 

Melting? This is Beautiful Sabang!

A horizon of infinite blue, mix with the sunlight reflecting on the rocks and clear waters, leaves falling and floating on the surface of the sea, the skies bright golden colored, as though creating a magnificent piece of art from puzzles. I believe, Indonesia is a miniature heaven.

I know, you must be jealous :p

P. S. : Postingan ini gue buat dalam bahasa Inggris. Gue pengin belajar nulis pake bahasa Inggris. Karena Indonesia butuh travel blogger berbahasa Inggris, apalagi kalau bukan untuk memberitahukan pada dunia bahwa Indonesia itu CANTIK!

Jadi maafkan bila ada kata atau kalimat yang salah. Namanya juga belajar, iya gak? Hihi~

Dan please, gue butuh banget komen dari kalian tentang tulisan berbahasa Inggris ini :')
Read More

#1 Aceh Bikin Gue Meleleh~


Pertama datang ke Aceh dan disambut oleh warna-warni pelangi :)
Kalau-lah ada pengadilan blogger, tentu gue bakalan diadili gegara udah jarang banget posting, padahal jalan-jalannya lumayan sering. Banyak banget yang pengin gue ceritain, tapi gue pusing.

Saking banyaknya, gue gak tau harus mulai cerita dari mana. MUAHAHAHA~Wan Wan Emoticons 10Wan Wan Emoticons 10

Jadi gini, karena akhir-akhir ini gue sibuk buat nulis buku kedua (tentu saja masih buku tentang backpacker), dan di buku kedua itu cara penulisan gue agak berbeda dengan di blog, maka gue akan coba buat ngetes selera kalian dulu dengan cara penulisan baru gue ini. Mungkin diantara kalian ada yang nanya;

"Lah, emang tulisan lu kenapa, dis?"

"Berubah kaya gimana, dis?"

"Kenapa harus dirubah, dis?"

"Muka lo kok tetep gak berubah, dis? Tetep jelek."

Ok, untuk pertanyaan yang terakhir gue iya in aja daaaaaah!! Wan Wan Emoticons 21

Jadi gini guys, di buku kedua itu, gue bekerjasama dengan salah satu penerbit besar di Indonesia, yaitu B*uku*ne (Nama disamarkan. Pret!) Nah, dengan Bukune ini, gue dapet banyak pembelajaran tentang cara menulis yang baik dan benar. Mulai dari EYD, penggunakan kata per kata, singkatan, cara penulisan dialog, pendeskripsian tempat, cari nyari cewe lewat tulisan, sampai gara-gara Bukune ini gue jadi tau gue memang terlahir untuk jadi penulis. MUAHAHAHAHA~

So, please enjoy my articel with a new style, backpacker ~ Wan Wan Emoticons 37


Nama Tempat itu Adalah Aceh

Apa yang ada dipikiran kalian ketika mendengar nama Aceh? Perang? Gerakan Aceh Merdeka? Tsunami? Tidak aman? Atau bahkan, daun ganja? Gue tau banget pikiran kalian.

Aceh memang identik dengan apa yang gue sebutkan di atas. Namun stigma yang buruk tentang Aceh mungkin akan hilang seketika bila kalian “memberanikan diri” untuk berkunjung ke Negeri Serambi Mekkah ini. Mencoba untuk melihat, mendengar dan merasakan langsung kota Aceh yang cantik.

Aceh Telah Bangkit

Museum Tsunami Aceh

Pada tahun 2004, Semenanjung Malaysia, India hingga Afrika mengalami bencana alam terhebat selama 40 tahun terakhir, termasuk Aceh, kawasan yang mengalami kerusakan terhebat akibat bencana itu. Tsunami. Onion Head Emoticons 28

Hampir seluruh kawasan di Aceh habis tersapu rata oleh amukan air laut yang berubah menjadi gelombang besar tsunami. Puluhan ribu jiwa meninggal akibat bencana itu. Ribuan bangunan hancur luluh lantah. Tak banyak yang tersisa. Indonesia, bahkan dunia terkejut akan kejadian itu. Aceh telah hancur.

Katanya, arsiteknya orang Bandung. Ridwan Kamil. Bangga aing!

Namun..

“Kami bosan diwawancara tentang tsunami terus. dek..” Kata seorang bapak, saksi hidup bencana tsunami yang gue wawancarai saat gue mengunjungi Museum Tsunami, Banda Aceh.  

Aceh yang sekarang bukan Aceh yang seperti dulu. Bukan Aceh yang kita kenal dari televisi, koran atau media-media lain yang terus menerus memperlihatkan “kemalangan” mereka. Aceh telah berubah. Aceh telah bangkit.

Bapak, korban tsunami :'(

Ada rasa bersalah ketika gue bertanya tentang masalah tsunami kepada bapak itu. Mereka sudah melupakan kejadian itu, dan tak ingin mengingatnya lagi.


Oh. Ini yang Namanya Pulau Weh. Oh..


Malam hari, gue baru sampai di Pulau Weh. Setelah menempuh perjalanan dengan mobil selama 40 menit, melewati kota Sabang kemudian jejeran hutan di kiri-kanan. Kelelahan dan suasana yang gelap bikin gue gak terlalu merhatiin tempat ini. Pas gue dateng, gue cuma lihat barisan warung dan hostel-hostel kecil di sepanjang pantai Iboih.Onion Head Emoticons 1

Oh. Bentar deh bentar, pasti kalian bingung gue lagi ada dimana kan? Ada di Aceh, Pulau Sabang, Pulau Weh apa Iboih? Bingung, kan? Sama kayak gue berarti. Awalnya gue juga bingung pembagian wilayah di Aceh tuh gimana. Jadi alangkah lebih baiknya kalo gue jelasin dulu secara singkat, padat dan jelas tentang wilayah-wilayah di Aceh.

Jadi ibukota Provinsi Aceh itu adalah Banda Aceh. Sabang ini adalah nama kota. Sedangkan nama Pulaunya adalah Pulau Weh. Sedangkan Iboih itu nama salah satu pantai di Pulau Weh. Sama kayak Kota Denpasar di Pulau Bali dengan pantainya yang bernama Kuta. Kira-kira seperti itu, deh. Paham? Oke. Bagus.

Kambing Loncat Sabang

Sesampainya di Iboih kami langsung diantar dengan speed boat menuju penginapan. Sebenarnya gak jauh sih, gak nyampe 5 menit. Tapi karena kami capek harus jalan kaki menyusuri jalanan nanjak, setelah dari pagi kesana-kemari tanpa istirahat, maka sesampainya penginapan kami langsung masuk kamar, tiduran, dan tepar. Istirahat tak sadarkan diri hingga keesokan harinya. Itu yang lain, gue sih beda. Sesampainya gue di hotel, gue gak tidur. Gue lanjut...... Ngapain sih, gue? Next posting yee..Onion Head Emoticons 34

*Dengan keadaan sedikit hangover..*

“Byuuur.. Byuuur..” Samar-samar suara ombak yang menghantam batu karang dan pantulan sinar matahari yang menembus pintu kaca kamar, bikin gue membuka mata secara perlahan-lahan. Gue lihat jam di handphone, ternyata masih pukul 06.00 WIB. Gue berdiri buat narik gorden yang gak nutupin semua bagian dari pintu kaca itu. Melangkah gontai. Di depan pintu, dengan mata yang masih setengah melek, gue menghadap ke pemandangan di luar kamar. Ada jeda panjang antara mengsinkronisasikan otak, tubuh dan pandangan gue saat ini. Glek. 

Meleleh gak liat beginian?
 
Bentangan garis horizontal biru tak bertepi, biasan sinar jingga matahari terbit, refleksi bebatuan dan pepohonan di jernihnya air, dedaunan yang jatuh dan mengambang di laut, serta langit yang kian bewarna keemasan, seakan berkolaborasi dengan kompak membuat rangkaian puzzle-puzzle kecil yang kian lama akan membentuk sebuah lukisan indah. Dan gue percaya, Indonesia adalah sejengkal tanah surga.

Nyantai di hammock depan kamar dengan pemandangan laut Sabang. Ngiri?

P.S : Lalu, ada apakah di Sabang? Kenapa bisa gue ke Sabang? Mau liat surga sesungguhnya? Nantikan postingan gue selanjutnya! MUAHAHAHAHA~Onion Head Emoticons 14Onion Head Emoticons 14

Photo by : @yunaidijoepoet (travelmate gue waktu jelajah Aceh)
Read More
Powered by Blogger.
 

About You!

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Cras id arcu nulla. Donec eu risus nisl, id cursus justo. Proin non mauris enim, eu suscipit libero. Fusce eget nunc nibh. Integer elementum consectetur sagittis. Quisque adipiscing auctor risus, id vulputate eros auctor vel. Vivamus pellentesque arcu vel libero eleifend sed aliquam

Free CSS Template by CSSHeaven.org TNB