Kenapa Harus Menjadi Travel Writer Biasa? Part. 1


Man, sebenarnya ini adalah tulisan yang pengin gue tulis dari jaman Dinosaurus masih eksis di dunia ini. Mungkin ini cuma sebuah dilema, mungkin juga bisa sebagai pembelajaran buat kita para backpacker, travel blogger, travel writer atau apapun sebutannya. Bukan untuk menggurui, atau bahkan mengencingi sambil berlari. Gue cuma pengin sharing dengan apa yang gue punya. Pengalaman.Wan Wan Emoticons 46

As we know, sekarang banyak banget travel blogger atau travel writer, betul? Terhitung, di group travel blogger yang gue buat aja (Celoteh Backpacker) ada lebih dari 300 orang yang punya blog tentang traveling, belum lagi yang nggak tergabung dalam group. Mungkin ada 1.000 travel blogger Indonesia yang nulis tentang berbagai macam destinasi baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Celoteh Backpacker - Tempat ngumpulnya Travel Blogger

Sekarang gini deh, coba kita sedikit agak mikir yah, kalo aja ada 500 travel blogger, dan masing-masing blognya punya 10 postingan tentang traveling atau pariwisata atau destinasi. Berarti ada 5.000 postingan, kan? Yang berarti juga ada 5.000 bacaan gratis buat kita baca sampai mabok. Betul? Tul.

Gue sendiri suka blogwalking(jalan-jalan ke blog orang) sekadar untuk baca dan juga merhatiin tulisan mereka. Nah, dari sini gue bisa mengamati, ternyata 80% dari blog traveling yang gue baca itu menggunakan gaya bahasa dan tulisan yang hampir sama. Maaf, menjenuhkan. Orang akan cenderung cuma baca sekilas, cari info, abis itu cuma liat foto-fotonya doang dan selesai. Mereka akan langsung berpindah ke blog yang lain. Itu sama kaya lo pacaran, dipake, terus lo ditinggal gitu aja. Kasian blog lo.Wan Wan Emoticons 28

Gue sendiri mulai nulis dan punya travel blog itu terhitung baru. Maret 2011, pertama kalinya gue nulis cerita di blog tentang perjalanan gue ke Phuket Thailand. Awalnya gue nulis gak ada yang baca. Gue liat pageviews aja 3 hari cuma ada 2 sampai 3 orang doang yang baca. Itu pun gue maksa temen buat buka blog gue dari laptopnya. Komen? Boro-boro. Gue nunggu seminggu pun belum ada komen di blog gue. Sekalinya ada komen, gue bahagia luar biasa. Gue langsung coli bersyukur sambil coli menangis!

Nah, darisitu, gue mulai kerajinan nulis, setiap gue pergi backpacker-an, pulangnya gue pasti nulis ceritanya langsung. Gue gak mikirin berapa orang yang liat blog gue, atau berapa orang yang komen blog gue. Yang penting gue terus nulis.

Awalnya gue nulis cerita traveling itu sebagai backpacker, unsur murah jadi salah satu yang gue tonjolin di tulisan. Itu satu-satunya yang membedakan tulisan gue dengan tulisan di blog lain. Budget.

Tapi lama-kelamaan juga makin banyak yang nulis cerita backpacker-annya dengan budget yang sama-sama murah juga. Maka gue muter otak lagi, biar tulisan gue berbeda dari tulisan blog lain. Maka gue buatlah tulisan yang memakai bumbu komedi dalam berceritanya. Kenapa gue tambah komedi juga? Karena traveling dan komedi adalah dua hal yang bikin hidup gue sempurna! Satu lagi deng, udara. Gak ada udara, gue bisa mati. Oh iya, sama makanan dan minuman juga. Hemmm... Orang tua juga bikin hidup gue sempurna, deh. Oh satu lagi yang bikin hidup gue sempurna. Iya. Kamu.Wan Wan Emoticons 19 #eaaaaaak

Terus yang jadi pertanyaan pertamanya adalah, apa bisa cerita traveling dicampurkan dengan komedi? Gue bingung, tapi gue tetep nyoba. Awalnya agak aneh juga nulis cerita backpacker tapi ada komedinya. Seperti yang kita tau juga, banyak sekali, bahkan hampir semua blog traveling itu menggunakan kata atau kalimat-kalimat yang standar bahkan baku. Kita ambil contohnya aja untuk pendeskripsian sebuah tempat :

"Laut yang biru, pasir pantai yang putih dan halus, menjadikan tempat ini sebagai destinasi yang harus dikunjungi bila berkunjung ke Lombok."

Kalo pake bahasa gue, jadinya begini :


"Man, lo gak akan nyesel kesini. Disini lo bisa bikin banyak kue bolu, saking banyaknya pasir putih yang mirip kaya terigu. Halus banget! Lombok itu pantainya J. U. A. R. A."

See? Ada perbedaan emosi yang ditulis dalam kalimat tersebut. Tapi intinya sama aja, menggambarkan sebuah pantai di Lombok dengan pasir pantainya yang halus.

Lama kelamaan belajar, gue mulai enjoy menulis cerita traveling gue dengan disertai bumbu-bumbu komedi. Banyak juga para pembaca blog gue yang suka sama tulisan cerita perjalanan gue. "Beda dari yang lain" katanya.

Bukannya sombong nih yah, tulisan dengan gaya komedi juga bikin blog gue makin laris dikunjungi. 10.000 sampai 30.000 jumlah pageviews/ bulan yang gue dapetin (yang asalnya cuma 100 pageviews doang seminggu). Jumlah yang sangat bagus untuk sebuah blog yang baru berumur satu tahun.

Uhuk~

Jumlah pageviews yang banyak pun memunculkan loyal readers blog gue. Dengan terus konsisten menulis, blog gue pun dikenal oleh google. Pas masih pake domain blogspot(dot)com, blog whateverbackpacker ini nongol di page one baris ketiga kalo lo ngetik keyword “backpacker” di google.co.id. Tapi sayang, karena pindah domain menjadi (dot)com, maka semua rating di google itu lenyap dan gue harus mulai lagi dari awal. Tapi gak apa-apa, toh gue udah punya loyal readers kek kalian yang lagi baca sekarang dan bakal terus mompa rating blog gue. MUAHAHAHA~  

Lalu setelah itu, muncul saat dimana gue tambah dilema, apa tulisan absurd gue ini cuma bisa dinikmati sebatas untuk blog aja, atau bisa gue kirim ke majalah-majalah atau media cetak lainnya? Karena, seperti apa yang kita tau juga, setiap lo baca cerita tentang traveling di majalah, koran atau buku, lo bakal disuguhkan dengan tulisan yang seperti "itu-itu" aja. Bener, kan? Yah lo tau sendiri lah yang kaya gimana.

Terus gue coba lah ngirim tulisan gue ke sebuah media cetak dan lomba-lomba menulis lainnya. Dan ternyata, apa yang gue dapatkan malah lebih dari yang gue harapkan. Entah karena apa, tapi gue yakin karena tulisan gue yang anti-mainstream, gue bisa jadi Petualang ACI Detik.com, gue bisa jadi Indonesia Travellers Agent, tulisan gue bisa jadi nominasi Travelista Kaskus dan Media Indonesia, tulisan gue yang absurd juga bisa diminta oleh Travel to Asian dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, dan masih banyak lagi.

Man, ternyata tulisan traveling-kocak-super-absurd yang jauh dari kata indah itu bisa dapet apresiasi yang keren dari media-media, Man! Gak harus melulu yang baku dan standar. Catat itu!!!

Oh iya, sekali lagi yah. Di tulisan ini, gue gak bilang kalau nulis biasa itu salah. Gue juga bukan mau ngajarin kalo lo harus nulis travel komedi juga. Bukan. Gue cuma pengin nyampein, carilah dan terus gali gaya menulis yang paling pas buat lo.


"Lo gak harus takut jadi diri lo sendiri. Tulis apa yang mau lo tulis. Jujur dengan apa yang mau lo sampaikan ke pembaca. Karena tulisan adalah cerminan diri lo sendiri. Gak usah takut orang lain gak suka. Selama lo nyaman dengan apa yang lo tulis, pembaca akan lebih mengapresiasi tulisan lo."

Gitu, man! Terus konsisten menulis. Dengan konsisten dan terus belajar, lama kelamaan lo bakal dapet gaya tulisan lo sendiri. Wan Wan Emoticons 27

Sebenernya masih panjang dan ada kelanjutannya looooh~ Tapi ditunggu aja yah tulisan “Kenapa Harus Jadi Travel Writer Biasa?” Part 2-nyaaaaaa~

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
 

About You!

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Cras id arcu nulla. Donec eu risus nisl, id cursus justo. Proin non mauris enim, eu suscipit libero. Fusce eget nunc nibh. Integer elementum consectetur sagittis. Quisque adipiscing auctor risus, id vulputate eros auctor vel. Vivamus pellentesque arcu vel libero eleifend sed aliquam

Free CSS Template by CSSHeaven.org TNB